BomPanci Sasar Istana . Katalog Buku Istana Agency . Staf Istana Kecipratan . Istana Tersembunyi. Bab 1 . Tentang Sistem Mekanik Dengan Kendala Tak Holonomik Duta Besar Irak untuk AS, Samir Sumaida'ie, kepada USA Today. "Dia berperan dalam proses politik." Saat ziarah ke makam Imam Ali di kampung halamannya di Najaf, Al-Sadr menerima Imam Besar Masjidil Haram asal Banten,Syekh Nawawi al-Bantani. Foto Istimewa/ Jakarta - Indonesia terkini adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di Indonesia. Tak aneh pula jika kuota haji Indonesia juga besar, mencapai 200 ribu lebih per musim haji. Kenapa di Sumatera Barat Tidak Ada Habib? Buya Arrazy Ungkap Alasannya Rugikan Jemaah Haji, Kemenag Protes Keras Saudia Airlines Pesawat Garuda dan Saudia Airlines Kerap Terlambat dan Ubah Jadwal, Ada Apa? Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Islam telah mengakar dalam tiap sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Di Indonesia juga terdapat pusat-pusat pendidikan keagamaan, seperti pesantren. Dari rahim pesantren, lahir para cendekia muslim, alim ulama, dai, dan pemuka agama lainnya. Bahkan, kealiman ulama asal Indonesia juga sudah dikenal zaman dulu, termasuk di negara tempat pertama kalinya Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam, Makkah, Arab Saudi. Terbukti, setidaknya ada tiga ulama Indonesia yang menjadi imam Masjidil Haram, sebuah masjid bersejarah yang juga menjadi salah situs terpenting bagi umat Islam. Menurut buku 25 Masjid Beribu Kisah via ada tiga ulama Indonesia yang pernah menjadi imam besar Masjidil Haram. Mereka adalah Simak Video Pilihan IniViral! Garis Marka Lampu Merah Mirip Starting Grid Balap Motor di Kebumen1. Syeikh Junaid Al BatawiPandangan udara saat Umat Muslim melaksanakan salat menghadap Kakbah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Kamis 16/8. Jutaan umat Islam dari berbagai negara semakin memadati Masjidil Haram menjelang puncak pelaksanaan ibadah haji. AP Photo/Dar YasinSyeikh Junaid Al Batawi ini lahir di Pekojan, Jakarta Barat. Beliau dikenal sebagai seorang pendidik yang tangguh. Hingga akhir hayatnya dihabiskan untuk mengajar. Syeikh Junaid dikenal sebagai syeikhul masyayikh madzhab Syafii. Di antara muridnya yang kemudian masyhur adalah Iman Nawawi Al Bantani. Syeikh Junaid Al-Batawi wafat di Makkah pada tahun 1840. Saat itu, beliau diperkirakan berusia 100-an Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-BantaniSyekh Nawawi al-Bantani, ulama asal Indonesia yang menjadi imam dan pengajar di Masjidil Haram, Makkah. Foto Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani atau Syekh Nawawi Al Bantani dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten pada tahun 1815. Namanya masyhur hingga sekarang dengan karyanya yang banyak. Di Mekah, beliau kembali memperdalam ilmu agama kepada guru-gurunya selama kurang lebih 30 tahun. Semakin hari semakin masyurlah hasil pemikiran Syeikh Muhammad Nawawi. Beliau juga menulis banyak kitab berbahasa Arab dan jadi rujukan khususnya dalam ilmu fiqih, di seluruh dunia. Ketika menetap di Syi’ib Ali, Mekah, Syeikh Muhammad Nawawi memiliki murid yang banyak dan berasal dari berbagai bangsa. Namanya kemudian tersohor sebagai Syaikh Nawawi al-Jawi al-Bantani. Puncaknya, ketika beliau ditunjuk sebagai pengganti imam Masjidil Haram. Syeikh Nawawi meninggal di Makkah pada 1897. Beliau adalah guru ulama-ulama pesantren di Indonesia. Salah satu keturunannya saat ini menjadi Wakil Presiden yakni KH Ma’ruf Amin yang juga pernah menjabat Rais Aam PBNU. 3. Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-MinangkabawiSyaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Rahimahullah Via Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi juga dikenal dengan nama Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Beliau lahir di Sumatera Barat, tepatnya di Koto Tuo, Agam pada 26 Juni 1860. Kecerdasan beliau sudah terlihat sejak kanak-kanak. Ayahnya Syaikh Abdul Latif mengajaknya ke Mekah pada usia 11 tahun 1871 untuk menunaikan ibadah haji. Namun Ahmad tidak ikut pulang, ia tinggal di Mekah untuk menuntaskan hafalan Alqurannya. Selain menghafal Alquran, Ahmad berguru dengan beberapa ulama di antaranya Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkiy. Kealiman Syeikh Ahmad Khatib dibuktikan ketika ia diangkat menjadi imam dan khatib sekaligus staf pengajar di Masjidil Haram. Syeikh Ahmad Khatib mempunyai banyak murid yang kemudian menjadi ulama-ulama besar, di antaranya Abdul Karim Amrullah Haji Rasul ayah dari Buya Hamka, ulama termasyhur Indonesia. Lalu ada Hasyim Asy’ari pendiri NU, dan Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, serta masih banyak lagi. Tim Rembulan* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bukapuasanya pelan-pelan saja, kalau ada bom jatuh ya sudah nasib kita. 7. Tahun depan semoga bisa buka puasa di dalam rumah. Teganya, Ternyata Makam Imam Nawawi Sudah Dihancurkan. Penulis lagi bikin artikel tentang biografi Imam Nawawi, lagi cari-cari gambar referensi di google. Eh.. Subhanallah!!! Ada penampakan makam
Pemirsa Hari ini Judul Makam Imam Nawawi Dibom Sekte WahabiHari Rabu, 7/1, Suriah kembali diguncang oleh ledakan bom. Kali ini targetnya adalah makam Imam Nawawi, seorang ulama besar Islam, ulama kenamaan mazhab Syafii pada abad ke-7. Selengkapnya Categories Wahabi Similar Videos Comments 0 Comments 0 komentar Jgn Lupa Baca Sholawat..
KumpulanBerita terbaru dan terhangat tentang makam-imam-nawawi hanya di republika.co.id
Jumat, 9 Januari 2015 - 1935 WIB Makam bersejara Imam Nawawi dari abad ke-13 di Nawa, provinsi Daraa, Suriah Selatan. Foto File Al Jazeera London, 18 Rabi’ul Awwal 1436/9 Januari 2015 MINA – Sebuah lembaga pemantau konflik perang saudara di Suriah yang berbasis di London menyatakan, makam ulama bersejarah sejak abad ke-13, dihancurkan oleh kelompok bersenjata di Suriah Selatan. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia pada Rabu 7/1 mengatakan, makam Imam Nawawi di Nawa, provinsi Daraa, dekat perbatasan Yordania, telah dihancurkan oleh kelompok bersenjata, Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency MINA melaporkan. Kementerian Wakaf Islam pemerintah Suriah yang telah kehilangan kendali atas sebagian besar provinsi Daraa, mengecam pemboman terhadap warisan sejarah negara itu. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada akhir Desember, PBB mengatakan ada 290 situs bersejarah di seluruh Suriah yang terkena dampak langsung akibat pertempuran, di mana 24 telah hancur, 104 rusak berat, 85 rusak sedang, dan 77 terancam rusak. Para pejuang yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dan Negara Islam Irak dan Suriah ISIS, menganggap penghormatan kepada makam sama dengan penyembahan berhala, dan mereka juga telah menghancurkan beberapa tempat suci bersejarah. T/P001/R11 Mi’raj Islamic News Agency MINA Berita Terkait
ZiarahKubur. Posted on Agustus 6, 2011 by PISS-KTB. —. A. Pengertian. Secara bahasa ziarah artinya berkunjung. Secara istilah adalah mengunjungi makam orang yang sudah meninggal untuk mendo'akannya, bertabaruk, I'tibar ataupun mengingat untuk mengingat. Hari akhirat. Son nom et sa généalogie Il s’agit du noble savant, l’Imâm, le Sheikh de l’Islam, l’appeleur à Dieu, l’Argument, un des piliers de l’Ecole Juridique Shaféite, Sayyidî Muhyiddîn, Abû Zakariyyâ, Yahyâ Ibn Sharaf Ibn Marrî Ibn Hasan Ibn Husayn Ibn Hizâm Ibn Muhammad Ibn Jumu`ah An-Nawawî, que Dieu l’agrée. Son enfance Il naquit en 631 dans le village de Nawâ — un village affilié à Damas en Syrie. Il apprit le Coran dans son enfance et se forma dans diverses sciences islamiques comme le Hadîth, la Langue Arabe et le Fiqh. Doté d’une excellente mémoire, l’Imâm An-Nawawî se dépensait dans l’apprentissage des sciences religieuses et assistait quotidiennement à près de douze cours traitant de diverses branches des sciences islamiques. Les signes de l’excellence et la piété apparurent en lui dès son enfance. Son père raconte que la veille du 27e jour de Ramadan en l’an 638 le jeûne An-Nawawî, alors âgé de sept ans, dormait auprès de lui. Il se réveilla et s’exclama mon père ! quelle est cette lumière qui emplit la maison ?! ». Son père dit Nous nous sommes réveillés et ne vîmes aucune lumière. Nous avons alors su qu’il s’agissait de Laylat Al-Qadr La Nuit du Destin ». Sheikh Yâsîn Ibn Yûsuf Al-Marrâkishî raconte “J’ai vu le Sheikh [ An-Nawawî] à Nawâ alors qu’il n’avait que dix ans. Les enfants essayaient de le forcer à jouer avec eux, mais il fuyait en récitant le Coran et pleurait de leur comportement. Son amour s’installa alors dans mon cœur. Son père le fit travailler dans une petite boutique, mais les ventes et les achats ne le distrayaient guère de la récitation du Coran. Je partis voir celui qui lui enseignait le Coran et lui recommandai de lui porter des soins particuliers. Je lui dis Il est à espérer que ce garçon devienne le plus savant des gens de son temps et le plus versé dans l’ascétisme parmi eux, et il est à espérer que les gens bénéficient de son savoir ». Tu prédis l’avenir ?! » m’a-t-il répondu. Non, dis-je, mais Dieu m’a fait dire cela ».”. L’enseignant de Sheikh An-Nawawî rapporta cela à son père qui lui accorda beaucoup de soins, si bien que l’Imâm An-Nawawî termina l’apprentissage du Coran vers sa puberté. Ses Sheikhs Nous ne dresserons pas ici une liste exhaustive des Sheikhs et professeurs de l’Imâm An-Nawawî, tant ils sont nombreux. Nous citerons pour les diverses disciplines islamiques les principaux enseignants qui formèrent l’Imâm An-Nawawî. 1- En Fiqh jurisprudence islamique Son premier Sheikh en Fiqh fut l’ascète, le juriste shaféite, Abû Ibrâhîm Ishâq Ibn Ahmad Ibn Othmân Al-Maghribî Al-Maqdisî. Puis il s’initia auprès de son Sheikh, l’Imâm, le dévot, le Mufti de Damas à l’époque, Abû Muhammad Abd Ar-Rahmân Ibn Nûh Ibn Muhammad Ibn Ibrâhîm Ibn Mûsâ Al-Maqdisî Ad-Dimashqî. Ensuite, il eut comme professeur, l’Imâm, le Mufti, Abû Hafs `Omar Ibn As`ad Ibn Ghâlib Al-Irbîlî. Citons également parmi ses Sheikhs en Fiqh, l’Imâm Abû Al-Hasan Ibn Al-Hasan Al-Irbîlî Al-Halabî Ad-Dimashqî. 2- Dans la voie du Tasawwuf At-Tarîq L’Imâm As-Sakhâwî dit “As-Subkî a dit dans At-Tabaqât Al-Kubrâ que son Sheikh dans la voie est Sheikh Yâsîn Al-Marrâkishî. En témoigne la parole d’Adh-Dhahabî que nous avons déjà mentionnée Sheikh An-Nawawî partait le voir, s’éduqait en sa compagnie et lui rendait visite. Il espérait sa bénédiction et le consultait dans ses affaires.” 3- Dans les lectionnaires coraniques Al-Qirâ’ât Al-Lakhmî affirma que l’Imâm An-Nawawî connaissait le Coran avec les sept lectionnaires. Toutefois, il n’a pas mentionné ses enseignants dans cette discipline. Il se peut qu’il les ait appris auprès de son Sheikh, l’Imâm Abû Shâmah — qui dirigea Dar Al-Hadîth Al-Ashrafiyyah à Damas avant l’Imâm An-Nawawî [1]. 4- En Hadîth Il étudia Sahîh Muslim et la majeure partie de Sahîh Al-Bukhârî auprès de son Sheikh, Abû Ishâq Ibrâhîm Ibn `Îsâ Al-Murâdî Al-Andalusî Ash-Shâfi`î. Il étudia Al-Kamâl fî Asmâ’ Ar-Rijâl [2] auprès du mémorisateur du Hadîth, Sheikh Az-Zayn Abû Al-Baqâ’ Khâlid Ibn Yûsuf Ibn Sa`d An-Nâbulsî. Il accompagna également le savant du Hadîth, l’Imâm Ad-Diyâ’ Ibn Tammâm Al-Hanafî et profita de son savoir. Il écouta le Hadîth enseigné par un certain nombre de savants dont Abû Ishâq Ibrâhîm Ibn `Alî Ibn Ahmad Ibn Fadl Al-Wâsitî. Abû Al-`Abbâs Ahmad Ibn `Abd Ad-Dâ’im Al-Maqdisî Abû Muhammad Ismâ’îl Ibn Ibrâhîm Ibn Âbî Al-Yusr At-Tanûkhî Abû Muhammad `Abd Ar-Rahmân Ibn Sâlim Ibn Yahyâ Al-Anbârî As-Shams Abû Al-Faraj `Abd Ar-Rahmân Ibn Abî `Omar Muhammad Ibn Ahmad Ibn Qudâmah Al-Maqdisî — l’un de ses plus grands Sheikhs. Le Sheikh des Sheikhs Shaykh Ash-Shuyûkh Ash-Sharaf Abû Muhammad `Abd Al-`Azîz Ibn Abî `Abd Allâh Muhammad Ibn `Abd Al-Muhsin Al-Ansârî Le juge `Imâd Ad-Dîn Abû Al-Fadâ’il `Abd Al-Karîm Ibn `Abd As-Samad Ibn Al-Horastânî. 5- En grammaire et langue arabe Parmi ses Sheikhs dans cette discipline citons Al-Fakhr Al-Mâlikî, Sheikh Abû Al-`Abbâs Ahmad Ibn Sâlim Al-Misrî et Sheikh Al-Jamâl Abû Abd Allâh Muhammad Ibn Abd Allâh Ibn Mâlik Al-Jiyânî. 6- En Usûl Al-Fiqh Fondements de la Jurisprudence Islamique Il étudia une partie d’Al-Muntakhab [3] et Al-Mustasfâ [4] auprès du juge, le juriste shaféite, Abû Al-Fath `Omar Ibn Bundâr Ibn `Omar Ibn `Alî At-Taflîsî. L’Imâm As-Sakhâwî dit “Il étudia également la majeure partie de Mukhtasar Ibn Al-Hâjib auprès du Grand Juge de Damas, Al-`Izz Abû Al-Mafâkhir Muhammad Ibn Abd Al-Qâdir Ibn Abd Al-Khâliq Ibn As-Sâ’igh”. Ses ouvrages Sayyidî l’Imâm An-Nawawî ne se maria pas et n’eut par conséquent aucune descendance. Mais ses meilleurs héritiers sont certainement ses remarquables ouvrages. – Il composa un précieux commentaire de Sahîh Muslim. Il commenta également une partie de Sahîh Al-Bukhârî ; il s’arrêta à Kitâb Al-`Ilm Le Livre du Savoir, et intitula son commentaire At-Talkhîs. Il commença aussi un commentaire de Sunan Abî Dâwûd. L’Imâm As-Sakhâwî dit “Il arriva à la partie traitant des ablutions et intitula son commentaire Al-Îjâz. J’ai entendu dire que l’ascète de son temps, Ash-Shihâb Ibn Raslân, a repris intégralement cet écrit de l’Imâm An-Nawawî au début de son propre commentaire de Sunan Abî Dâwûd, et ce en guise de tabarruk [5]”. – Il écrivit également deux valeureux ouvrages répandus parmi les musulmans et les étudiants en sciences islamiques Al-Adhkâr et Riyâd As-Sâlihîn. – On lui doit aussi Al-Arba`în An-Nawawiyyah, qu’il acheva 668 – Il aborda l’éthique des mémorisateurs du Noble Coran dans son ouvrage At-Tibyân fî Âdâb Hamalat Al-Qur’ân. L’Imâm As-Sakhâwî témoigna de l’importance de ce ouvrage en disant “C’est un livre précieux dont on ne peut se passer, surtout les récitateurs et les enseignants de la récitation coranique”. – Il composa aussi At-Tarkhîs fil-Ikrâm wal-Qiyâm. L’Imâm As-Sakhâwî dit “C’est un ouvrage pour les gens de vertus et leurs semblables”. – Il écrivit dans de domaine de l’ascétisme et du soufisme Bustân Al-`Ârifîn Le Jardin des Gnostiques. – On lui doit aussi, entre autres Rawdat At-Tâlibîn, Al-Minhâj, Al-Manâsik fil-Fiqh, Al-Fatâwâ An-Nawawiyyah, Tabaqât Al-Fuqahâ’, Tahdhîb Al-Asmâ’ wal-Lughât, Tashîh At-Tanbîh, At-Tahqîq, Ru’ûs Al-Masâ’il wa Tuhfat Ashâb Al-Fadâ’il. Ses qualités et ses mérites L’Imâm An-Nawawî chemina sur la voie de la piété et les sentiers du scrupule et de la dévotion qui caractérisaient l’époque des Compagnons du Messager de Dieu. Le gnostique Abû Abd Ar-Rahîm Al-Akhmîmî dit de lui “Il cheminait sur la voie des Compagnons, que Dieu les agrée. Je ne connais nul autre de son époque qui cheminait sur leur voie”. Sheikh Ibn Al-`Attâr et l’Imâm As-Sakhâwî citèrent les témoignages de divers savants et gnostiques affirmant que l’Imâm An-Nawawî atteignit le rang de Pôle Qutb — sommité parmi les walîs les alliés à Dieu — de son temps. At-Taqiyy Muhammad Ibn Al-Hasan dit “De nombreux prodiges karamât furent rapportés de lui. Entre autres […] l’ouverture de portes fermées par un cadenas et la refermeture de la porte, la scission d’un mur et la sortie d’un homme d’une belle apparence — ils échangèrent tous deux des propos sur la vie de l’ici-bas et celle de l’Au-delà -, sa réunion avec des walîs occultés, et son dévoilement de pensées secrètes des autres […].” Il fut connu pour son ascétisme, la simplicité de ses habits — il s’habillait en coton et portait un turban — et la modestie de son habitat. Il avait un seul repas par jour qu’il consommait le soir avant de s’adonner aux œuvres de dévotion et la composition d’ouvrages islamiques. Sheikh Abû Al-`Abbâs Ibn Farûkh dit de lui “Il a réuni trois degrés, chacun d’eux aurait suffi pour que les gens viennent de loin pour le voir et apprendre de lui le degré du savoir, le degré de l’ascétisme et le dégré de l’appel au bien et de l’interdiction du blâmable”. Outre sa dévotion et son ascétisme, l’Imâm An-Nawawî était un homme patient, n’hésitant pas à appeler aux vertus et à réprimander les vices et le mal. Distingué par sa dignité et sa science, il agissait sans crainte aucune de la réaction des Sultans ou des hommes influents. L’Imâm Ibn As-Subkî dit de lui “Il fut un maître et un chaste. Il fut aussi un ascète. Peu lui importait que sa vie ici-bas devienne une ruine, tant que sa religion était florissante. Il était distingué par son ascétisme et son contentement de ce que Dieu lui accorde. Il marchait sur les pas des pieux prédécesseurs de Ahl As-Sunnah wa Al-Jamâ`ah. Dévoué et patient dans les voies du bien, il ne perdait pas un instant dans des œuvres n’impliquant pas l’obéissance à Dieu”. En 665 il commença à enseigner à Dâr Al-Hadîth Al-Ashrafiyyah, à Damas. Il refusa d’être rémunéré pour l’enseignement qu’il dispense et accomplit le pèlerinage deux fois dans sa vie. À la fin de sa vie, il séjourna dans son village, Nawâ. Certains pieux lui ordonnèrent de visiter Al-Quds Jérusalem et Al-Khalîl. Il le fit puis retourna à son village natal chez ses parents. Il fut atteint d’une maladie et son âme retourna à Dieu au cours du mois de Rajab, en l’an 676 Il fut enterré dans son village. Puisse Dieu l’agréer et puisse-t-Il déverser sur sa tombe les signes de Sa Miséricorde. article se base exclusivement sur Tuhfat At-Tâlibîn fî Tarjamat Al-Imâm An-Nawawî, par son élève dévoué, Sheikh Ibn Al-`Attâr et Al-Manhal Al-`Adhb Ar-Rawî fî Tarjamat Qutb Al-Awliyâ An-Nawawî La Source d’Eau douce dans la biographie du Pôle de l’Islam An-Nawawî, par Sheikh Al-Islâm Shams Ad-Dîn As-Sakhâwî. Notes [1] Il est à noter que l’Imâm An-Nawawî ne fut pas cité dans les livres biographiques traitant des mémorisateurs des lectionnaires coraniques ni l’Imâm Adh-Dhahabî, ni Ibn Al-Jazrî, ni les savants qui ont vécu entre eux ne l’ont cité.[2] écrit par le Hâfidh, `Abd Al-Ghanî Al-Maqdisî.[3] écrit par l’Imâm, l’exégète, Fakhr Ad-Dîn Ar-Râzî.[4] écrit par l’Imâm, l’Argument de l’Islam, Abû Hâmid Muhammad Al-Ghazâlî.[5] Le tabarruk, c’est le fait de rechercher le bénédiction. Sheikh Ash-Shihâb Ibn Raslân portait une grande estime pour l’Imâm An-Nawawî et considérait que reprendre son écrit et le joindre à son propre ouvrage était une cause de bénédiction divine. Source MakamImam Husin, kubah emas dengan bendera merah berkibar lesu tampak berbalam-balam diserkupi dingin musim sejuk. Saya sebetulnya sedikit resah. Khabarnya pernah beberapa kali letupan berlaku di Karbala dengan bom kecil disembunyikan pada kamera, telefon bimbit dan komputer. Ahli Kelab Penulis Zaharah Nawawi (Kepezi) boleh dicapai di JAKARTA – Banyak umat Islam yang memimpikan untuk tabarruk di makam Nabi Muhammad SAW di Kota Madinah. Mereka berharap bisa mendapatkan keberkahan tabarruk dengan menziarahi makamnya Rasulullah SAW. Saat masih muda, ahli hadits termasyhur, Imam bukhari juga pernah melakukan tabarruk ke makam Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam kitab Fath al-Bari yang disusun Imam Bukhari قَالَ فَلَمَّا طَعِنْتُ فِي ثَمَانِيَ عَشَرَةَ وَصَنَّفْتُ كِتَابَ قَضَايَا الصَّحَاببَةِ وَالتَّابِعِيْنَ ثُمَّ صَنَّفْتُ التَّارِيْخَ فِي الْمَدِيْنَةِ عِنْدَ قَبْرِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكُنْتُ أَكْتُبُهُ فِي اللَّيَالِي الْمُقْمِرَةِ فتح الباري - ابن حجر - ج 1 / ص 478 “Ketika saya al-Bukhari menginjak usia 18 tahun, saya mengarang kitab himpunan nama sahabat dan tabiin. Kemudian saya mengarang kitab Tarikh’ di Madinah, di dekat makam Nabi SAW, dan saya menulisnya di malam-malam purnama.” Fath al-Bari 1/478. Pentashih kitab at-Tarikh al-Kabir, Abu al-Wafa’ al-Afghani menyatakan قُلْتُ فَهَذَا مِنْ بَرَكَاتِ جِوَارِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ حَيْثُ عَمَّ نَفْعُهُ. التاريخ الكبير - ج 6 / ص 549 “Saya Abu al-Wafa’ al-Afghani katakan Ini kitab Tarikh Bukhari adalah berkah berada di dekat Nabi SAW, yang manfaat kitabnya telah merata.” pentashih kitab at-Tarikh al-Kabir. Maka, berdoa, tabarruk dan berziarah ke makam para ulama atau wali dianjurkan dalam Islam. Apalagi, ada sebuah riwayat yang menerangkan bahwa Nabi SAW juga mengangkat tangannya saat berada di Kompleks Makam Baqi’, Madinah. ثُمَّ انْطَلَقْتُ عَلَى إِثْرِهِ حَتَّى جَاءَ الْبَقِيعَ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ Artinya “Saya Aisyah berjalan di belakang Nabi, hingga Nabi sampai di makam Baqi’, lalu berdiri lama, kemudian mengangkat kedua tangannya, sebanyak tiga kali.” HR Muslim. Makam paman Nabi SAW, Sayyidina Hamzah juga banyak diziarahi umat Islam. Hal ini didasarkan pada keterangan berikut اُسْتُشْهِدَ حَمْزَةُ يَوْمَ أُحُدٍ فِى نِصْفِ شَوَّالٍ مِنَ السَّنَةِ الثَّالِثَةِ مِنَ الْهِجْرَةةِ بَعْدَ أَنْ قَتَلَ أَحَدًا وَثَلاَثِيْنَ مِنَ الْكُفَّارِ، وَدُفِنَ عِنْدَ أُحُدٍ فِى مَوْضِعِهِ، وَقَبْرُهُ مَشْهُوْرٌ يُزَارُ وَيُتَبَرَّكُ بِهِ تهذيب الأسماء - ج 1 / ص 227 “Hamzah meninggal secara syahid di perang Uhud di pertengahan Syawal tahun ke tiga Hijriyah, setelah membunuh 31 orang kafir. Makamnya popular, diziarahi dan dicari berkahnya.” Imam an-Nawawi, Tahdzib al-Asma’ 1/227. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini Suriahkembali diguncang oleh ledakan bom pada tanggal 7 Januari lalu. Kali ini targetnya adalah makam Imam Nawawi, seorang ulama besar Islam, ulama kenamaan mazhab Syafii pada abad ke-7. Suriah kembali diguncang oleh ledakan bom pada tanggal 7 Januari lalu. Sekilas Raden Ma’mun Nawawi adalah seorang ulama ternama kelahiran Cibogo, Cibarusah, Bekasi. Kiai Ma’mun Nawawi akrab dengan panggilan Mama’ Cibogo. Lahir pada hari Kamis bulan Jumadil Akhir 1334 H/1915 M. Beliau adalah pendiri dan pengasuh pesantren Al-Baqiyatussolihat Ma’mun Nawawi mulai mondok di pesantren Tugabus Bakri bin Seda Mama Sempur di Plered, Sempur, beliau melanjutkan ke pesantren Jawa timur yaitu Pesantren KH. Hasyim Asy’ari Kemudian KH. Ma’mun Nawawi nyantri di Pesantren Syekh Ihsan Jampes seorang Pengarang Kitab Siraj al-Thalibin di Ma’mun Nawawi melanjutkan studinya ke Mekkah selama 2 tahun. Selama di Mekkah, beliau berguru pada lebih dari 13 muallif pengarang kitab, diantaranya adalah al-Muhaddits as-Sayyid Alawi al-Maliki, Mama KH. Mukhtar Ath Tharid, dan syaikh Ali al belajar di Mekkah, beliau belajar lagi ke pesantren yang diasuh Syaikh KH. Manshur bin Abdul Hamid al-Batawi, pengarang kitab Sullam an-Nayirain, di Jembatan Lima, PesantrenKH. Ma’mun Nawawi mendirikan Pondok pesantren Al-Baqiyatussolihat pada tahun 1938. Pada masa jaya-jayanya pesantren Al-Baqiyatussolihat pernah menampung sampai 1000 santri dalam satu angkatan. Pesantren Al-Baqiyatussolihat terkenal sebagai Pesantren Ilmu Falak Hisab.Jasa PerjuanganPada masa perang kemerdekaan KH. R. Ma’mun Nawawi pernah mengadakan pelatihan militer santri Hizbullah di Cibarusah. Para santri itu kemudian dikirim ke Bekasi untuk menghadapi tentara sekutu secara frontal di bawah komandan yang juga teman seperjuangannya yang dikenal sebagai macan dari Bekasi, yaitu KH. Nur juga meninggalkan karya-karya tulis di antaranya At-Taisir Fi Ilmi Falak, Bahjatul Wudhuh,Manasik Haji, Khutbah JUm’at,Kasyful Humum, Majmu’atu da’wat, Risalah Zakat, syair qiyamat, Risalah Syurbuddukhon Ma’mun Nawawi Nawawi wafat pada malam Jum’at 26 Muharram 1395 H pukul WIB yang bertepatan dengan tanggal 7 Februari 1975 M di Cibogo pada usia 63 tahun 1912-1975.Makam KH. Ma’mun Nawawi BekasiMakam KH. Ma’mun Nawawi Bekasi berada di pemakaman keluarga pesantren Al-Baqiyatussolihat, Bekasi , Jawa Barat
Tag makam imam nawawi di bom. Khazanah. Menolak Lupa, Ketika Makam Imam an Nawawi Dibom Sekte Wahabi. Arif Rahman Hakim 16/07/2020. Siapa yang tidak kenal intelektual Islam abad ke-13 Masehi yang sangat dihormati dan karya jasanya Trending Topic.

Jakarta – Syekh Imam Nawawi Al-Bantani lahir pada tahun 1230 H/1813 M di Tanara, Banten, beliau lahir dengan nama Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi al-Jawi al-Bantani. Syekh Imam Nawawi merupakan putra dari Syekh Umar Al-Bantani yang nasabnya tersambung hingg Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati. Syekh Nawawi adalah salah satu ulama Indonesia yang bertaraf internasional, keluasan ilmunya diakui oleh ulama dunia. Bahkan beliau ditunjuk sebagai imam besar Masjidil Haram menggantikan Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi. Nama beliau masyhur didengungkan sebagai “Bapak Kitab Kuning Indonesia”, nama beliau disebut-sebut di negara timur tengah seperti Suriah, Mesir, Turki, hingga Hindustan. Selain itu, hampir semua karya beliau menjadi rujukan di semua lembaga pendidikan Islam di dunia, khususnya di Indonesia. Syekh Nawawi Al-Bantani sangat rajin dalam menulis, beliau menulis kitab dari berbagai disiplin ilmu. Hal tersebut membuktikan betapa cerdas dan alimnya beliau. Berikut beberapa kitab beliau yang mu’tabar, di antaranya ialah Tafsir Marah Labid, Atsimar al-Yaniah fi Ar-Riyadah al-Badiah, Nurazh Sullam, al-Futuhat al-Madaniyah, dan al-Aqdhu Tsamin. Syekh Nawawi juga merupakan guru dari ulama-ulama besar di Indonesia, di antara beberapa muridnya beliau adalah Syaikhona Kholil Bangkalan, Syekh Muhammad Mahfudz At-Tarmasi, KH Sholeh Darat, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, dan masih banyak lagi. Lokasi Makam Syekh Imam Nawawi Al-Bantani wafat pada 25 Syawal 1314 H/1897 M di usia 84 tahun di Syeib A’li, sebuah kawasan di pinggiran Kota Makkah. Makam Syekh Nawawi terletak di Jannatul Mu’alla pemakaman Ma’la. Pemakaman Ma’la terletak sekitar 500 meter dari Masjidil Haram. Untuk berziarah ke makam Syekh Nawawi cukup dari Masjidil Haram ke arah Terminal Sheb Amir kemudian menyeberang sekitar 100 meter. Makam Syekh Nawawi berupa gundukan tanah dan terdapat sebongkah batu, tidak seperti makam-makam yang terdapat di Indonesia. Haul Syekh Nawawi Al-Bantani tetap dilakukan setiap tahun walau beliau wafat di Makkah, haul diselenggarakan di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Banten asuhan KH Ma’ruf Amin Dzuriyyah Syekh Nawawi. Para jamaah yang hadir tak hanya dari dalam negeri, bahkan jamaah dari negara tetangga juga turut hadir dalam haul Syekh Nawawi. Setahun setelah pemakaman Syekh Nawawi dilakukan, sebagaimana peraturan pemerintah Arab, maka makam tersebut dibongkar lalu tulang-tulangnya akan dipindahkan bersama tulang-tulang mayat lainnya. Selanjutnya akan dikuburkan kembali di tempat lain di luar kota. Peraturan tersebut berlaku tanpa pandang bulu, begitu juga yang menimpa makam Syekh Nawawi. Ketika petugas datang dan menggali makam Syekh Nawawi, terjadi hal yang sangat mengejutkan. Jasad Syekh Nawawi terlihat masih utuh, seperti tak terjadi tanda-tanda pembusukan pada jasadnya. Lazimnya tubuh manusia akan membutuhkan waktu 1-2 bulan untuk pembusukan. Setelah diketahui bahwa makam tersebut bukan makam orang sembarangan, maka pemerintah Arab Saudi melarang membongkar makam Syekh Nawawi. Akhirnya, makam beliau tetap berada di Ma’la, Makkah. Bagi jamaah Haji dari Indonesia, tak lengkap rasanya jika belum berziarah ke makam Syekh Imam Nawawi Al-Bantani, terlebih lagi di pekuburan Ma’la terdapat makam guru kita tercinta, KH Maimoen Zubair. [embedded content] Editor Daniel Simatupang

Satudiantaranya adalah banyak orang penting tercatat disejarah Tangerang dan sejarah Islam yang konon disemayamkan di belakang masjid tersebut. Sabtu, 28 Mei 2022 Cari – Siapa yang tidak kenal intelektual Islam abad ke-13 Masehi yang sangat dihormati dan karya jasanya sangat bermanfaat bagi umat Muslim diseluruh dunia hingga saat ini. Beliau wafat pada 24 Rajab 676 H dan di makamkan Nawa Provinsi Deraa, Suriah dekat perbatasan Yordania saat ini. dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi. DONASI SEKARANG Namun sayang beribu sayang, jika anda mungkin belum tahu, makam ulama fiqih ternama ini pernah di bom oleh sekelompok yang mengakku Jihadis pada tanggal 8 Januari 2015 lalu. Dikutip dari kantor berita lokal wilayah Nawa merilis video berdurasi 0103 menit yang berisi rilis pendek puing-puing makam Imam Nawawi setelah diledakkan oleh sekawanan orang tak dikenal, sehingga menambahkan komentar dalam video tersebut. Namun, Aljazira melaporkan bahwa pelakukanya adalah Jabhah Nusrah JN. Pejuang al-Nusra menganggap penghormatan pada makam Imam Nawawi tersebut sama dengan menyembah berhala. Mereka menyamakan aksi mereka dengan penghancuran kuil berhala. Mereka menanam bahan peledak tepat di tengah-tengah makam Imam Nawawi. Suara ledakan bom ini dikeluarkan hingga seluruh penjuru kota Nawa. Sebelum meledakkan makam Imam Nawawi ini, Jabhah Nusrah yang berafiliasi kepada sekte Wahabi ini juga pernah meledakkan makam bagi sahabat Nabi Muhammad SAW., Ammar bin Yaser, yang juga terhubung di Suriah. Setelah meledakkan kuburan-kuburan yang mereka anggap sebagai pusat syirik dan menyembah berhala, biasanya mereka tertawa terbahak-bahak sambil meneriakkan kalimat takbir, Allahu Akbar. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan Kementerian Wakaf Islam Suriah, PBB mengatakan 290 situs di seluruh negeri telah terkena dampak langsung pertempuran. Sebanyak 24 situs hancur, 104 rusak berat, 85 rusak sedang dan 77 kemungkinan rusak. Biografi Singkat Imam an Nawawi Hampir 4 tahun lebih ia makan roti kering dan minum air putih, tidak ada waktu untuk memasak masakan enak, karena sibuk belajar. Buah-buahan yang banyak tersedia di pasar-pasar Damaskus pun jarang ia makan, karena khawatir yang dia makan itu adalah buah-buahan hasil dari tanah wakaf milik umat Islam. Cerita tentang karomahnya memenuhi buku-buku yang membahas tentang karamah Ulama, antara lain disebut sebagai kompilasi menulis di malam hari, cahaya memancar dari ujung jari-jari beliau, sehingga menerangi tempat dia menulis. Dia adalah Imam Muhayiddin Abu Zakarya Yahya bin Syaraf Nawawi, yang lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, nisbah untuk kampung dia bernama Nawa, sebuah desa di Propinsi Dar’a di selatan Damaskus. Dia lahir di Nawa 1233 M kemudian belajar, mengajar dan menulis karya-karyanya di Damaskus. Pada tahun 676 H beliau kembali ke kampung halamannya di Nawa setelah mengembalikan berbagai kitab yang dipinjamnya dari sebuah badan wakaf. Beliau juga menziarahi makam para gurunya dan bersilaturahim kepada para sahabat beliau yang masih hidup. Pada hari keberangkatan beliau ke Nawa, para jama’ah yang beliau bina melepas kepergiannya di pinggiran kota Damsyiq Damaskus. Mereka bertanya kapan mereka dapat bertemu dengan lagi. Namun Imam an-Nawawi menjawab bahwa mereka akan bertemu setelah 200 tahun. Awalnya mereka tidak mengerti perkataan sang Imam, namun akhirnya mereka faham bahwa yang dimaksud sang imam adalah setelah hari kiamat. Pada saat wafatnya, kabarnya menyebar luas hingga Damaskus. Semua orang bersedih dan kehilangan atas wafatnya sang imam. Penguasa saat itu, Izzuddin Muhammad bin Sha’igh datang dan menyolatkannya. Meskipun beliau relatif muda, pada usia yang sangat produktif, yaitu 45 tahun tetapi di kalangan ulama zamannya dia sangat terhormat, seorang ulama teladan. Beliau meninggalkan banyak karya yang luar biasa, lebih dari 20 karya besar, antara lain Syarh Sahih Muslim sekitar 12 jilid, Kitab al Majmuk Syarh Muhazzab 20 jilid, dan yang paling fenomenal menjadi Best Seller sepanjang masa adalah Riyadhus Shalihin, yang diterjemahkan ke dalam edisi berbagai bahasa dunia. Author Recent Posts Pengurus PWCINU dan LAZIZNU Okinawa - Jepang Tahun 2017
MAKAMMBAH IMAM NAWAWI BETEK JUJUKAN PEZIARAH YANG SUKA TAPABRATA DAN ILMU KANURAGAN Tekhnologi 6 G Sedang di Kembangkan Ilmuan Cina Transfr Data 1 Terra Cuma Dalam Hitungan Detik. by Imam Syaifullah; kreatifitas. 30 Pelaku Usaha Ramaikan Ramadhan Thrift di Taman Kota Usman Janatin. by Imam Syaifullah; kriminal. kriminal. Ditangkap Warga
Jumat Pon, 16 Juni 2023 Letak makam Mbah Imam Nawawi terpencil di pingir Sungai Gunting di Jombang Jawa Timur. Tidak seperti tempat ziarah lain, makam ini dipercaya bertuah berkah keselamatan. Sebagian peziarah malah melakukan tapabrata berguru ilmu kasekten’ kepada yang sumare. Logikanya, mana mungkin arwah dijadikan guru ? Tapi itulah yang terjadi ketika Merapi ke sana pekan lalu meski terpencil letaknya, makam ini memiliki daya tarik khusus di Jombang. Terhampar di desa Mancilan, Mojoagung. Menurut sejarahnya Mbah Nawawi masih keturunan Keraton Cirebon. Dia mengembara dan melakukan syiar agama sampai di perbatasan Jombang. Ketika itu, Jombang sedang menjadi ajang pertempuran seru melawan penjajah Belanda. Prihatin melihat nasib bangsanya, beliau lalu mendirikan padepokan untuk melatih beladiri pemuda setempat. Karena sikapnya itu, Mbah Nawawi sempat ditangkap dan disiksa Kompeni. Tapi siksaan itu tak menyurutkan semangat Mbah Nawawi dalam membela bangsa. Suatu kali dia mendapat berondongan senapan serdadu Kompeni. Tapi Mabah Nawawi tidak juga tersungkur. Bahkan dia menantang Kompeni untuk menghabiskan pelurunya. Baca juga Teror Jin yang Mengganggu AnakkuFengshui Meja KerjaMengenal Kemampuan Anak IndigoChakra Swadhisthana dan KarakteristiknyaSejarah Ilmu HipnotisMelihat kesaktian Mbah Nawawi, serdadu Kompeni lalu kabur. Kabar kesaktian Mbah Nawawi pun menyebar. Banyak orang datang berguru kepadanya. Dan uniknya, meski beliau sudah meninggal, makamnya masih dipakai berguru ! Peziarah percaya, mereka bisa mendapat ilmu dari roh Mbah Nawawi. Menurut Wahab 60 jurukunci makam itu, sudah lama makam Mbah Nawawi menjadi tempat tapabrata dan lelaku bagi orang yang senang dengan ilmu-ilmu kanuragan. “Kesaktian Mbah Nawawi sudah dikenal banyak orang. Bahkan setelah meninggal pun kesaktiannya masih sering terasa’. Barangkali karena kesaksian itulah arwah Mbah Nawawi dipercaya bisa diturunkan kepada mereka,” kata Wahab. Wahab mencontohkan, ketika terjadi banjir bandang sekitar delapan tahun lalu yang menenggelamkan area persawahan dan menjebol tanggul serta jembatan, makam Mbah Nawawi tidak tersentuh air sedikit pun. Terang saja makam itu jadi tempat pengungsian warga sekitarnya. Ketika Merapi datang ke sana, terdapat 8 orang yang masih menjalani tapabrata. “Makam ini bebas untuk siapa saja yang ingin mendapat ilmu dari Mbah Nawawi. Asal niatnya bersih tidak lama pasti akan mendapatkan apa yang diinginkan” tambah Wahab. Belum lama makam Mbah Nawawi kedatangan buronan polisi dari Blitar. Kepada Wahab, TN buronan itu mengatakan ingin mendapat ilmu dari Mbah Nawawi. Karena memang tidak tahu bahwa TN residivis, Wahab pun menyilakan. TN kemudian masuk makam. “Kalau nggak salah pada hari keempat, sewaktu tidur saya terbangun mendengar orang teriak-teriak dari cungkup makam Mbah Nawawi. Ternyata yang menangis adalah TN,” jelas Wahab. Menurut pengakuan TN, dia merasa didatangi arwah Mbah Nawawi dan menyarankan agar TN menyerahkan diri kepada aparat kepolisian. Tapi TN menolaknya. Entah diapakan oleh Mbah Nawawi, kepala TN babak bundhas. Lebih jauh TN mengaku, bila tidak mau menyerahkan diri, siluman ular Mbah Nawawi akan meberi pelajaran pahit pada TN. Tapi kalau TN mau menyerah, kelak akan mendapat ajaran kanuragan dari Mbah Nawawi. Setelah TN menerima saran arwah Mbah Nawawi, keesokkan harinya pemuda setempat mengantar TN ke Polres Jombang untuk menyerahkan diri. Jadi tidak sembarang orang bisa masuk Makam mbah Nawawi. “Orangnya harus bersih jiwa dan hati. Sebab ilmu Mbah Nawawi bukan ilmu hitam,” kata Wahab. Setiap malam Jumat Legi makam ini penuh peziarah, sampai tempat parkir kendaraan tidak mencukupi. Yang datang tidak hanya warga lokal, tapi juga dari Banten, Cirebon dan Banyuwangi. Daerah-daerah tersebut memang terkenal dengan kedahsyatan ilmu kanuragannya. Kebanyakan peziarah datang dari berbagai perguruan beladiri. Yang dilakukan hanya sholawatan dan mujahadah bareng-bareng dekat areal makam Mbah Nawawi. “Biasanya, saat seperti itu Mbah Nawawi muncul’ dengan jubah dan sorban hijau. Kadang pada malam-malam tertentu Mbah Nawawi berjalan’ menggandeng dua putrinya. “Sering ada yang melihat ada kakek berjalan berkeliling makam menggandeng dua gadis. Itulah Mbah Nawawi,” tambah Wahab. NGIDANG Merupakan puasa yang hanya diperbolehkan memakan dedaunan saja, dan air putih saja. Selain daripada itu tidak diperbolehkan. FENOMENA sesuatu yang keberadaannya dapat dirasakan oleh panca indera dan dapat dijelaskan secara ilmiah.
SyekhAbdunnasirpun hendak dibunuh menggunakan bom, namun ditemani oleh Syekh Shafwat al-Qadhi dan saya mengunjungi perpustakaan terbesar di Alexandria, kemudian menziarahi Makam Imam al Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim menyimpulkan dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Sayyiduna Ibnu

- Siapa yang tidak kenal intelektual Islam abad ke-13 Masehi yang sangat dihormati dan karya jasanya...

MakamMuhammad adalah makam Nabi dan Rasul Islam Muhammad, di kompleks Masjid Nabawi, Saudi Arabia.Sebelum diperluas, di situ terdapat makam Muhammad yang dulu dinamakan Masqurah.Setelah masjid ini diperluas, makam Muhammad masuk di dalam bangunan masjid dengan kubah berwarna hijau.Di situ, terdapat empat pintu yang masing-masing dinamakan Pintu at-Taubah di kiblatnya, Pintu ar-Raudhah di
Imam Nawawi beri peringatan kepada peziarah makam Nabi Muhammad SAW. Ilustrasi makam Nabi Muhammad SAW JAKARTA— Secara umum, ziarah kubur merupakan sunNah dan dianjurkan dengan tujuan untuk mengingat akhirat serta kematian. Selain itu, ziarah kubur dilakukan untuk mendoakan penghuni kubur. Keumuman hukum ziarah kubur ini juga berlaku ketika ziarah kubur ke makam Nabi. Akan tetapi, ziarah kubur nabi akan menjadi cacat tatkala orang yang berziarah kubur ke makam Nabi melakukan sejumlah hal yang kurang pantas. Beberapa di antaranya adalah mengusapkan tangan dan mencium makam. Hal ini sebagaimana disampaikan antara lain salah satu ulama Mazhab Syafii, yaitu Imam An-Nawawi dalam Syarh Al-Majmu Syarh Al-Muhazab. Imam An-Nawawi berkata لَا يَجُوزُ أَنْ يُطَافَ بِقَبْرِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُكْرَهُ إلْصَاقُ الظُّهْرِ وَالْبَطْنِ بِجِدَارِ الْقَبْرِ قَالَهُ أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ الْحَلِيمِيُّ وَغَيْرُهُ قَالُوا وَيُكْرَهُ مَسْحُهُ بِالْيَدِ وَتَقْبِيلُهُ بَلْ الْأَدَبُ أَنْ يَبْعُدَ مِنْهُ كَمَا يَبْعُدُ مِنْهُ لَوْ حَضَرَهُ فِي حَيَاتِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا هُوَ الصَّوَابُ الَّذِي قَالَهُ الْعُلَمَاءُ وَأَطْبَقُوا عَلَيْهِ ولاَ يُغْتَرَّ بِمخالفةِ كثيرينِ من العوام وفعلِهم ذلك، فإنَّ الاقتداءَ والعملَ إنَّما يكون بالأحاديثِ وأقوال العلماءِ، ولا يُلتفت إلى مُحدَثَات العوام وغيرِهم وجَهالاَتِهم، وقد ثبتَ في الصحيحين عن عائشة رضي الله عنها أنَّ رسول الله  قال مَن أحدَثَ في دِينِنا هذا ما لَيس منه فهو ردٌّ ، وفي رواية لمسلم مَن عمِلَ عَمَلاً ليس عليه أمرُنا فهو ردٌّ ، وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تَجعَلوا قَبْرِي عيداً، وصلُّوا عليَّ، فإنَّ صلاتَكم تَبلُغُنِي حَيثمَا كنتم ، رواه أبو داود بإسنادٍ صحيح، وقال الفضـيلُ بنُ عِياض رحمه الله ما معناه اتَّبِعْ طُرُقَ الهُدى ولا يَضُرَّكَ قِلَّةُ السَّالكين، وإيّاك وطُرُقَ الضَّلالَةِ ولا تَغْتَرَّ بكَثرةِ الهالكين ، ومَن خَطَرَ ببالِه أنَّ المسحَ باليد ونحوِه أبلغُ في البَركَةِ، فهو من جهالَتِه وغفلَتِه؛ لأنَّ البَرَكةَ إنَّما هي فيما وافقَ الشَّرعَ، وكيف يُبتغَى الفضلُ في مخالَفَةِ الصوابِ، "Tidak boleh tawaf di makam Nabi ﷺ, dan dibenci menempelkan perut dan punggung di dinding kuburan. Hal ini telah dikatakan al-Halimy dan lairmya. Dan dibenci mengusap makam dengan tangan dan dibenci mencium makam. Bahkan, adab ziarah makam Nabi adalah menjauh dari Nabi sebagaimana ia menjauh dari Nabi kalau bertemu Nabi ﷺ tatkala masih hidup. Dan inilah yang benar, dan inilah perkataan para ulama, dan mereka telah sepakat akan hal ini. Dan hendaknya jangan teperdaya oleh banyaknya orang awam yang menyelisihi hal ini karena teladan dan amalan itu dengan perkataan para ulama. Jangan berpaling pada perbuatan-perbuatan baru yang dilakukan oleh orang-orang awam dan kebodohan-kebodohan mereka. Sungguh mulia Abu Ali al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah telah berbuat baik dalam perkataannya "Ikutilah jalan petunjuk dan tidak masalah jika jumlah pengikutnya yang sedikit. Berhati-hatilah akan jalan kesesatan dan jangan teperdaya oleh banyaknya orang yang binasa karena mengikuti jalan kesesatan". Barangsiapa yang terbetik di benaknya bahwasanya mengusap kuburan dengan tangan dan perbuatan yang semisalnya lebih berkah, hal ini karena kebodohan dan kelalaiannya karena keberkahan itu mengikuti syariat dan perkataan para ulama. Bagaimana mungkin keutamaan bisa diraih dengan menyelisihi kebenaran?"
HKXw1.
  • uofp3ysr8e.pages.dev/195
  • uofp3ysr8e.pages.dev/296
  • uofp3ysr8e.pages.dev/317
  • uofp3ysr8e.pages.dev/895
  • uofp3ysr8e.pages.dev/722
  • uofp3ysr8e.pages.dev/395
  • uofp3ysr8e.pages.dev/201
  • uofp3ysr8e.pages.dev/632
  • makam imam nawawi di bom