Asbabunnuzul Surat Al Mursalat adalah saat Abdullah Ibnu Masud RA sedang bersama Rasulullah SAW dalam sebuah gua di Mina dan kemudian tiba-tiba turunlah kepadanya Surat Al Mursalat. Kemudian beliau membacakannya dan aku menerimanya langsung dari mulut beliau.
1. وَٱلْمُرْسَلَٰتِ عُرْفًا wal-mursalāti urfā 1. Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, 2. فَٱلْعَٰصِفَٰتِ عَصْفًا fal-āṣifāti aṣfā 2. dan malaikat-malaikat yang terbang dengan kencangnya, 3. وَٱلنَّٰشِرَٰتِ نَشْرًا wan-nāsyirāti nasyrā 3. dan malaikat-malaikat yang menyebarkan rahmat Tuhannya dengan seluas-luasnya, 4. فَٱلْفَٰرِقَٰتِ فَرْقًا fal-fāriqāti farqā 4. dan malaikat-malaikat yang membedakan antara yang hak dan yang bathil dengan sejelas-jelasnya, 5. فَٱلْمُلْقِيَٰتِ ذِكْرًا fal-mulqiyāti żikrā 5. dan malaikat-malaikat yang menyampaikan wahyu, 6. عُذْرًا أَوْ نُذْرًا użran au nużrā 6. untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, 7. إِنَّمَا تُوعَدُونَ لَوَٰقِعٌ innamā tụ’adụna lawāqi’ 7. sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi. 8. فَإِذَا ٱلنُّجُومُ طُمِسَتْ fa iżan-nujụmu ṭumisat 8. Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan, 9. وَإِذَا ٱلسَّمَآءُ فُرِجَتْ wa iżas-samā`u furijat 9. dan apabila langit telah dibelah, 10. وَإِذَا ٱلْجِبَالُ نُسِفَتْ wa iżal-jibālu nusifat 10. dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu, 11. وَإِذَا ٱلرُّسُلُ أُقِّتَتْ wa iżar-rusulu uqqitat 11. dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu mereka. 12. لِأَىِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ li`ayyi yaumin ujjilat 12. Niscaya dikatakan kepada mereka “Sampai hari apakah ditangguhkan mengazab orang-orang kafir itu?” 13. لِيَوْمِ ٱلْفَصْلِ liyaumil-faṣl 13. Sampai hari keputusan. 14. وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا يَوْمُ ٱلْفَصْلِ wa mā adrāka mā yaumul-faṣl 14. Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu? 15. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 15. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 16. أَلَمْ نُهْلِكِ ٱلْأَوَّلِينَ a lam nuhlikil-awwalīn 16. Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu? 17. ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ ٱلْءَاخِرِينَ ṡumma nutbi’uhumul-ākhirīn 17. Lalu Kami iringkan azab Kami terhadap mereka dengan mengazab orang-orang yang datang kemudian. 18. كَذَٰلِكَ نَفْعَلُ بِٱلْمُجْرِمِينَ każālika naf’alu bil-mujrimīn 18. Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa. 19. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 19. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 20. أَلَمْ نَخْلُقكُّم مِّن مَّآءٍ مَّهِينٍ a lam nakhlukkum mim mā`im mahīn 20. Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? 21. فَجَعَلْنَٰهُ فِى قَرَارٍ مَّكِينٍ fa ja’alnāhu fī qarārim makīn 21. kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh rahim, 22. إِلَىٰ قَدَرٍ مَّعْلُومٍ ilā qadarim ma’lụm 22. sampai waktu yang ditentukan, 23. فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ ٱلْقَٰدِرُونَ fa qadarnā fa ni’mal-qādirụn 23. lalu Kami tentukan bentuknya, maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. 24. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 24. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 25. أَلَمْ نَجْعَلِ ٱلْأَرْضَ كِفَاتًا a lam naj’alil-arḍa kifātā 25. Bukankah Kami menjadikan bumi tempat berkumpul, 26. أَحْيَآءً وَأَمْوَٰتًا aḥyā`aw wa amwātā 26. orang-orang hidup dan orang-orang mati? 27. وَجَعَلْنَا فِيهَا رَوَٰسِىَ شَٰمِخَٰتٍ وَأَسْقَيْنَٰكُم مَّآءً فُرَاتًا wa ja’alnā fīhā rawāsiya syāmikhātiw wa asqainākum mā`an furātā 27. dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar? 28. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 28. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 29. ٱنطَلِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَا كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ inṭaliqū ilā mā kuntum bihī tukażżibụn 29. Dikatakan kepada mereka pada hari kiamat “Pergilah kamu mendapatkan azab yang dahulunya kamu mendustakannya. 30. ٱنطَلِقُوٓا۟ إِلَىٰ ظِلٍّ ذِى ثَلَٰثِ شُعَبٍ inṭaliqū ilā ẓillin żī ṡalāṡi syu’ab 30. Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai tiga cabang, 31. لَّا ظَلِيلٍ وَلَا يُغْنِى مِنَ ٱللَّهَبِ lā ẓalīliw wa lā yugnī minal-lahab 31. yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka”. 32. إِنَّهَا تَرْمِى بِشَرَرٍ كَٱلْقَصْرِ innahā tarmī bisyararing kal-qaṣr 32. Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. 33. كَأَنَّهُۥ جِمَٰلَتٌ صُفْرٌ ka`annahụ jimālatun ṣufr 33. Seolah-olah ia iringan unta yang kuning. 34. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 34. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 35. هَٰذَا يَوْمُ لَا يَنطِقُونَ hāżā yaumu lā yanṭiqụn 35. Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara pada hari itu, 36. وَلَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُونَ wa lā yu`żanu lahum fa ya’tażirụn 36. dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka dapat minta uzur. 37. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 37. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 38. هَٰذَا يَوْمُ ٱلْفَصْلِ ۖ جَمَعْنَٰكُمْ وَٱلْأَوَّلِينَ hāżā yaumul-faṣli jama’nākum wal-awwalīn 38. Ini adalah hari keputusan; pada hari ini Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang terdahulu. 39. فَإِن كَانَ لَكُمْ كَيْدٌ فَكِيدُونِ fa ing kāna lakum kaidun fa kīdụn 39. Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku. 40. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 40. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 41. إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى ظِلَٰلٍ وَعُيُونٍ innal-muttaqīna fī ẓilāliw wa uyụn 41. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan yang teduh dan di sekitar mata-mata air. 42. وَفَوَٰكِهَ مِمَّا يَشْتَهُونَ wa fawākiha mimmā yasytahụn 42. Dan mendapat buah-buahan dari macam-macam yang mereka ingini. 43. كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ هَنِيٓـًٔۢا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ kulụ wasyrabụ hanī`am bimā kuntum ta’malụn 43. Dikatakan kepada mereka “Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan”. 44. إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ innā każālika najzil-muḥsinīn 44. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 45. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 45. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 46. كُلُوا۟ وَتَمَتَّعُوا۟ قَلِيلًا إِنَّكُم مُّجْرِمُونَ kulụ wa tamatta’ụ qalīlan innakum mujrimụn 46. Dikatakan kepada orang-orang kafir “Makanlah dan bersenang-senanglah kamu di dunia dalam waktu yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa”. 47. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 47. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 48. وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱرْكَعُوا۟ لَا يَرْكَعُونَ wa iżā qīla lahumurka’ụ lā yarka’ụn 48. Dan apabila dikatakan kepada mereka “Rukuklah, niscaya mereka tidak mau ruku’. 49. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 49. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 50. فَبِأَىِّ حَدِيثٍۭ بَعْدَهُۥ يُؤْمِنُونَ fa bi`ayyi ḥadīṡim ba’dahụ yu`minụn 50. Maka kepada perkataan apakah selain Al Quran ini mereka akan beriman? Asbabun Nuzul Surat al-Mursalat Surah Al-Mursalat adalah surah yang terakhir dari Juz ke-29 dan merupakan surah terakhir dari surah-surah Thiwal Al-Mufashshal yang dimulai dari surah Qaf hingga surah Al-Mursalat. Surah Al-Mursalat dari ayat pertama hingga terakhir termasuk surah Makkiyah berdasarkan pendapat jumhur ulama [1]. Dan jika kita melihat surah ini, maka kita akan dapati bahwa nuansa surah ini sama dengan surah-surah Makkiyah lainnya yang isinya adalah pengingkaran serta bantahan terhadap orang-orang musyrikin yang mereka mengingkari adanya hari kebangkitan, kecuali satu ayat di mana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ارْكَعُوا لَا يَرْكَعُونَ “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Rukuklah,” mereka tidak mau rukuk.” QS. Al-Mursalat 48 Sebagian ulama mengatakan bahwa ayat ini merupakan ayat Madaniyah karena shalat baru banyak dibicarakan tatkala Nabi shallallahu alaihi wasallam berpindah dari Mekkah ke Madinah. Akan tetapi hal ini dibantah oleh sebagian ulama bahwa ayat ini tetap termasuk Makkiyah, karena firman Allah Subhanahu wa ta’ala ini maksudnya adalah “Jika mereka diperintahkan untuk masuk Islam mereka enggan”, yaitu Islam diungkapkan dengan ruku’ shalat, karena seseorang untuk bisa shalat dan rukuk, maka ia harus masuk Islam terlebih dahulu. Dan hal seperti ini pun sama dalam ayat-ayat yang lain seperti firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُونَ “Dan sungguh, dahulu di dunia mereka telah diseru untuk bersujud pada waktu mereka sehat tetapi mereka tidak melakukan.” QS. Al-Qalam 43 [2] Surah Al-Qalam juga termasuk surah Makkiyah. Dan ayat ini bercerita tentang orang-orang musyrikin yang diperintahkan sujud, maksudnya adalah diperintahkan untuk masuk Islam. Demikian pula firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surah Al-Muddatstsir, مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ، قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ “Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam neraka Saqar?” Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan shalat.” QS. Al-Muddatstsir 42-43 Ayat ini maksudnya adalah orang-orang musyrikin dahulu tidak shalat dan tidak beriman tidak masuk Islam, sehingga menjerumuskan mereka ke dalam neraka Saqar. Oleh karenanya pendapat yang lebih benar adalah surah Al-Mursalat dari awal hingga akhir turun sebelum Nabi shallallahu alaihi wasallam berhijrah atau dengan kata lain termasuk surah Makkiyah. Surah Al-Mursalat juga dikenal dengan surah Al-Urf[3] sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَالْمُرْسَلَاتِ عُرْفًا “Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan.” QS. Al-Mursalat 1 عُرْفًا adalah satu kata yang tidak terdapat dalam surah-surah yang lain. Dan para ulama terbiasa memberi nama sebuah surah dengan menyebutkan awal surah atau menyebutkan satu kata dari surah tersebut yang tidak terdapat pada surah-surah yang lain. Oleh karenanya para ulama juga menyebut surah Al-Mursalat dengan surah Al-Urf karena kalimat عُرْفًا hanya ada pada surah Al-Mursalat. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa surah Al-Mursalat merupakan surah Makkiyah adalah perkataan Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu. Beliau berkata, نَزَلَتْ وَالْمُرْسَلاتِ عُرْفاً عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ الْجِنِّ وَنَحْنُ مَعَهُ نَسِيرُ، حَتَّى أَوَيْنَا إِلَى غَارٍ بِمِنًى فَنَزَلَتْ، فَبَيْنَا نَحْنُ نَتَلَقَّاهَا مِنْهُ، وَإِنَّ فَاهُ لَرَطْبٌ بِهَا إِذْ وَثَبَتْ حَيَّةٌ، فَوَثَبْنَا عَلَيْهَا لِنَقْتُلَهَا فَذَهَبَتْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُقِيتُمْ شَرَّهَا كَمَا وُقِيَتْ شَرَّكُمْ “Ayat Warmusalaati Urfaa’ turun kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam pada malam Al-Jin[4] dan kami bersama sedang berjalan bersama beliau. Sampai ketika kami bernaung untuk bersembunyi di sebuah gua di Mina, maka turun ayat tersebut. Maka Nabi mengajarkan ayat tersebut kepada kami. Dan ketika baru saja ayat tersebut diajarkan kepada kami, tiba-tiba muncul seekor ular. Maka kami pergi untuk membunuhnya, akan tetapi ular itu kabur. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata Kalian telah selamat dari keburukan ular tersebut sebagaimana ular itu telah selamat dari keburukan kalian’.”[5] Ini menunjukkan bahwa surah ini turun di Mekkah sebelum Nabi shallallahu alaihi wasallam berhijrah ke Madinah. Dan nuansa surah ini juga jelas berbicara tentang hari kiamat, tentang membantah orang-orang musyrikin yang mengingkari hari kiamat. Berbeda dengan ciri-ciri surah Madaniyah yang biasanya isinya berkaitan dengan fikih dan hukum-hukum. Surah Al-Mursalat adalah surah yang terakhir dibaca oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam shalat berjamaáh jahriyah sebelum beliau meninggal dunia, yaitu dalam shalat maghrib. Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam sedang sakit parah akan meninggal dunia, shalat jahriyah yang terakhir beliau imami adalah shalat maghrib, dan tatkala itu Nabi shallallahu alaihi wasallam membaca surah Al-Mursalat. Dan kita tahu bahwasanya pada waktu shalat maghrib, Nabi shallallahu alaihi wasallam biasanya membaca surah-surah Qishar Al-Mufashshal[6]. Adapun surah-surah Tiwal Al-Mufashshal yang di dalamnya termasuk surah Al-Mursalat biasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam baca pada saat shalat subuh. Adapun Aushat Al-Mufashshal[7] biasa Nabi shallallahu alaihi wasallam baca pada shalat-shalat subuh. Adapun yang disebut dengan surah-surah Mufashshal adalah surah yang terdiri dari surah Qaf hingga surah An-Naas. Intinya adalah ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam sakit akan meninggal, beliau menjadi imam shalat maghrib dan membaca surah Al-Mursalat. Dan kita tahu bahwa ini bukanlah kebiasaan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata, قَرَأْتُ سُورَةَ وَالْمُرْسَلاتِ عُرْفاً فَسَمِعَتْنِي أُمُّ الْفَضْلِ امْرَأَةُ الْعَبَّاسِ، فَبَكَتْ وَقَالَتْ وَاللَّهِ يَا بُنَيَّ لَقَدْ أَذْكَرْتَنِي بِقِرَاءَتِكَ هَذِهِ السُّورَةَ إِنَّهَا لَآخِرُ مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ بِهَا فِي صَلَاةِ الْمَغْرِبِ “Aku membaca surah Walmursalati urfaa’, maka Ummu Al-Fadhl istri Abbas ibuku mendengarku membacanya. Maka dia pun menangis dan berkata Demi Allah Wahai anakku, engkau telah mengingatkanku ketika engkau membaca surah ini. Sesungguhnya ini adalah surah terakhir yang aku dengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membacanya pada shalat maghrib.”[8] Dan keterkaitan antara surat ini dengan yang sebelumnya adalah tatkala Allah pada surat sebelumnya yaitu surat al-Muddattsir berbicara tentang hari kiamat dan Allah menjelaskan bahwa Allah akan memasukkan orang-orang yang ia kehendaki ke dalam surga, dan orang-orang yang zholim ke dalam neraka, maka pada ayat ini Allah azza wa jalla bersumpah bahwa itu akan terjadi dan Allah menjelaskan kapan waktunya dan tanda-tandanya, sehingga Allah bersumpah bahwa semua yang terkandung pada surat sebelumnya pasti terjadi. [9] _____________ Footnote [1] Lihat At-Tahrir Wat Tanwir 29/418 [2] Lihat At-Tahrir Wat Tanwir 29/418 [3] Lihat At-Tahrir Wat Tanwir 29/417 [4] Malam Al-Jin adalah malam di mana suatu hari para sahabat kehilangan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Ternyata pada malam itu Nabi shallallahu alaihi wasallam didatangi oleh sekelompok Jin meminta Nabi shallallahu alaihi wasallam berdakwah kepada kaum Jin. Maka pada malam itu para sahabat kehilangan Nabi shallallahu alaihi wasallam karena pergi mendakwahi para Jin. Maka malam perginya Nabi shallallahu alaihi wasallam dikenal dengan Malam Al-Jin Lailatul Jin. Lihat HR Muslim no 450 [5] Tafsir Al-Qurthubi 19/153 [6] Surah-surah pendek dari surah Ad-Dhuha hingga surah An-Naas [7] Surah-surah yang sedang, dimulai dari surah An-Naba’ hingga surah Al-Lail. [8] Tafsir Ath-Thabari 19/153 [9] Tafsir Ruh Al Ma’ani, Al Alusi, 15/187, Al Maroghi, 29/178
DariAl Aswad bin Yazid, dia berkata; Abdullah berkata, Saya pernah mendengar Nabi kalian shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa menjadikan segala macam keinginannya hanya satu, yaitu keinginan tempat kembali (negeri Akhirat), niscaya Allah subhanahu wa ta'ala akan mencukupkan baginya keinginan dunianya.
Jikakita lihat dan kita pandang kalimat Asbabun Nuzul Al Quran secara terminologi maka kita akan mendapatkan banyak pendapat para ulama mengenai Asbabun Nuzul ini. surat Al Baqarah. ayat 6-7, 19, 26-27, 44, 62, 76, 79, 80-81, 89, 94, 97, 99, 100, 102, 104 Al Mursalat. ayat 48. An Naba' ayat 1-2. AnNazi'at. ayat 10, 12, 42 dst. 'Abasa
Salahsatu alat untuk memahami al-Qur`an adalah dengan mempelajari `Ulum al-Quran. Ilmu ini memiliki sejumlah cabang ilmu yang sangat banyak, seperti ilmu tadwin (pembukuan al-Quran), ilmu qira`at, (bacaan), ilmu asbabun nuzul (sebab-sebab turun), ilmu tafsir, munasabah dan masih banyak cabang ilmuilmu lain dalam `Ulum al-Qur`an. Penelitian ini akan membahas cabang `Ulum al-Qur`an mengenai
TafsirSurat Al Baqarah Ayat 106, 107,108,109, 110, 111, 112, Dan 113. Ayat 106-108: Membicarakan tentang naskh dalam Al Qur'an dan bahwa menaskh merupakan urusan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, demikian juga menyebutkan bantahan terhadap orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ
Asbabun nuzul surat Al-Baqarah ayat 6 dan 7 disebabkan kaum Yahudi Madinah yang diberi peringatan oleh Allah, tetapi SuratAl-Infitar (Terbelah) Mekkah - 19 Ayat. Play / pause. 0:00. 0:00. volume. 82. Surat Al-Infitar - Terbelah; Pilih Surat Baca Muqadimah. Muqadimah Surat Al-Infitar. Surat ini terdiri atas 19 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah dan diturunkan sesudah surat An Naazi'aat. Al Infithaar yang dijadikan nama untuk surat ini adalah kata
JualBuku Asbabun Nuzul - Imam As Suyuthi - Penerbit Insan Kamil. Wisata Buku Islam. Menjelajah Dunia Ilmu WA: 0857 2510 6570. Beranda; Buku Islam; Biografi Penulis; SURAT AL-MURSALAT 669 Surat Al-Mursalat [77]: Ayat 48 669. SURAT AN-NABA' 670 Surat An-Naba' [78]: Ayat 1-2 670. SURAT AN-NAZI'AT 671
Adapunasbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya surat Al-Kafirun adalah disaat masa penyebaran islam di Mekkah para kaum Quraisy sangat menentang dakwah Rosulullah Shallallahu'alihi Wasallam dengan sangat keras dan selalu mencari cara agar dakwah Rosulullah Shallallahu'alihi Wasallam segera berhenti karena mereka takut akan beralihnya kayakinan penduduk Mekkah terhadap agama nenek moyang.

Iamengandung 96 ayat, 370 huruf, dan 1756 kata. Nabi Muhammad SAW kerap membaca surah Al-Waqi'ah sepanjang 96 ayat ini ketika mengerjakan salat dua rakaat, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Ahmad. "Kadang kala beliau SAW membaca surat Al-Waqi'ah dan yang semisalnya dalam dua rakaat," (H.R. Ahmad) Asbabun Nuzul Surah Al-Waqi'ah

AlHajj; Kembali ke Daftar Surat. Pilih Surat. Pilih Surat dan Nomer Ayat. Pilih Surat dan Antara Nomer Ayat. Cari Kata Kunci. Pilih Surat WMvK9ZK.
  • uofp3ysr8e.pages.dev/889
  • uofp3ysr8e.pages.dev/480
  • uofp3ysr8e.pages.dev/50
  • uofp3ysr8e.pages.dev/2
  • uofp3ysr8e.pages.dev/934
  • uofp3ysr8e.pages.dev/894
  • uofp3ysr8e.pages.dev/689
  • uofp3ysr8e.pages.dev/519
  • asbabun nuzul surat al mursalat